Sejarah jeans – Siapa yang Pertama Kali Memakainya ?
Kali ini saya masih membahas tentang Jeans ya, seperti posan yan kemarin, kali ini saya akan membahas sejarah Jeans itu sendiri. Anda pecinta celana jeans , atau
malah suka model rocker yang makin butut makin enak dipakainya.
Memang unik ya celana model ini, semakin lama dipakai malah semakin enak dan nyaman dipakainya, seakan ukurannya mengikuti postur kita…unik bener .
Memang unik ya celana model ini, semakin lama dipakai malah semakin enak dan nyaman dipakainya, seakan ukurannya mengikuti postur kita…unik bener .
Pemakaian celana jins saat ini
memang
sudah terlihat hal lumrah. Model dan warna
yang beragam, bikin pakaian tersebut
digandrungi masyarakat baik kawula muda
maupun orang tua.
Padahal, sebelum jins bermetamorfosa seperti sekarang, masyarakat acuh bahkan sungkan memakainya.
sudah terlihat hal lumrah. Model dan warna
yang beragam, bikin pakaian tersebut
digandrungi masyarakat baik kawula muda
maupun orang tua.
Padahal, sebelum jins bermetamorfosa seperti sekarang, masyarakat acuh bahkan sungkan memakainya.
Lantas bagaimana asal-usul jins
tersebut ?
Berikut sejarah celana jins hingga
seperti sekarang ini.
Dilansir dari Levistrauss.com, Kamis (17/9),
jins pertama kali muncul di Amerika Serikat.
Pertama kemunculannya, jins merupakan pakain sehari-hari bagi kaum buruh di Amerika Serikat pada Tahun 1847.
Dilansir dari Levistrauss.com, Kamis (17/9),
jins pertama kali muncul di Amerika Serikat.
Pertama kemunculannya, jins merupakan pakain sehari-hari bagi kaum buruh di Amerika Serikat pada Tahun 1847.
Adalah seorang pemuda berusia 20 tahun
bernama Levi Strauss imigran asal Jerman
yang memulai cerita pembuatan jins. Himpitan ekonomi sejak ditinggal ayahnya karena sakit TBC sekitar 1846 membuat Levi dan keluarga hijrah ke AS.
bernama Levi Strauss imigran asal Jerman
yang memulai cerita pembuatan jins. Himpitan ekonomi sejak ditinggal ayahnya karena sakit TBC sekitar 1846 membuat Levi dan keluarga hijrah ke AS.
Merantau ke AS, Levi dan keluarganya
menemui kakaknya di New York. Levi dan
keluarga pun ditinggal di rumah kakaknya yang dikenal sebagai grosir barang tekstil.
Tinggal bersama kakaknya itu membuat naluri dagang Levi muncul. Bermodal beberapa potong tekstil yang akan dijual ke Barat, Levi kuatkan tekadnya pergi meninggalkan saudaranya dan merantau ke San fransisco.
Demam emas yang saat itu tengah melanda
keluarga pun ditinggal di rumah kakaknya yang dikenal sebagai grosir barang tekstil.
Tinggal bersama kakaknya itu membuat naluri dagang Levi muncul. Bermodal beberapa potong tekstil yang akan dijual ke Barat, Levi kuatkan tekadnya pergi meninggalkan saudaranya dan merantau ke San fransisco.
Demam emas yang saat itu tengah melanda
AS menjadi pemantik Levi bertolak meninggalkan saudaranya untuk membuka
usaha sendiri.
usaha sendiri.
Levi pun menjual beberapa potongan
tekstil yang dibawa dari toko kakaknya kepada para penambang emas.
Tak disangka dagangannya tersebut laris manis. Hanya beberapa barang seperti tenda-tenda yang terbuat dari kanvas
yang tersisa dibawanya.
Namun dari sisa dagangannya itu muncul ide kreatif berbuah duit bagi Levi. Olehnya, sisa potongan kanvas tersebut, dibikin beberapa potong celana untuk kemudian dijual kembali kepada para pekerja tambang.
Tak disangka dagangannya tersebut laris manis. Hanya beberapa barang seperti tenda-tenda yang terbuat dari kanvas
yang tersisa dibawanya.
Namun dari sisa dagangannya itu muncul ide kreatif berbuah duit bagi Levi. Olehnya, sisa potongan kanvas tersebut, dibikin beberapa potong celana untuk kemudian dijual kembali kepada para pekerja tambang.
Nasib berjalan baik kepadanya.
Celana
berbahan kanvas buatan Levi disukai para
pekerja tambang tersebut. Para buruh yang selama ini memakai celana berbahan katun cocok dengan produk Levi. Celana buatannya dianggap tahan lama ketimbang yang selama ini dipakai para pekerja.
Permintaan yang laku keras membuat Levi
terus berimprovisasi agar dagangannya terus disukai pelanggan. Dengan kematangan dagangnya, ia mulai mencoba membuat celana berbahan lebih halus namun tetap kuat.
Bahan itu didapatnya dari daerah di Genoa,
Italy. Nama Italy yang terkenal dengan kota
mode-nya menjadi dasar Levi memilih bahan dari negara tersebut.
berbahan kanvas buatan Levi disukai para
pekerja tambang tersebut. Para buruh yang selama ini memakai celana berbahan katun cocok dengan produk Levi. Celana buatannya dianggap tahan lama ketimbang yang selama ini dipakai para pekerja.
Permintaan yang laku keras membuat Levi
terus berimprovisasi agar dagangannya terus disukai pelanggan. Dengan kematangan dagangnya, ia mulai mencoba membuat celana berbahan lebih halus namun tetap kuat.
Bahan itu didapatnya dari daerah di Genoa,
Italy. Nama Italy yang terkenal dengan kota
mode-nya menjadi dasar Levi memilih bahan dari negara tersebut.
Oleh para penjahit di Genoa, bahan
yang
dipesan Levi disebut ‘genes‘. Namun dengan Levi diubah namanya menjadi ‘bluejeans’.
Penamaan itu usai dirinya mencoba memberi warna pada celananya dengan mencelupkan ke dalam warna indigo.
dipesan Levi disebut ‘genes‘. Namun dengan Levi diubah namanya menjadi ‘bluejeans’.
Penamaan itu usai dirinya mencoba memberi warna pada celananya dengan mencelupkan ke dalam warna indigo.
Dari sinilah Levi mulai memproduksi
celana jins dalam jumlah yang banyak. Para penambang pun ketagihan dengan
celana buatannya hingga muncul istilah ‘those
pants of Levi’s’ atau celana Levi.
Dari celetuk-celetuk itulah tercetus merk
‘Levi’s‘.
pants of Levi’s’ atau celana Levi.
Dari celetuk-celetuk itulah tercetus merk
‘Levi’s‘.
Dalam waktu singkat celana Levi’s
menjadi celana resmi para penambang, dan
celana ini kian popular di kalangan pekerja
tambang, bahkan menjadi merk dagang celana jeans pertama di dunia.
Popularitas Levi’s yang kian melambung
membuat status sosial ekonomi kaum
penambang ikut terangkat. Mulai saat itu istilah ‘celana kelas pekerja’ yang kerap disematkan kepada para penambang berubah.
menjadi celana resmi para penambang, dan
celana ini kian popular di kalangan pekerja
tambang, bahkan menjadi merk dagang celana jeans pertama di dunia.
Popularitas Levi’s yang kian melambung
membuat status sosial ekonomi kaum
penambang ikut terangkat. Mulai saat itu istilah ‘celana kelas pekerja’ yang kerap disematkan kepada para penambang berubah.
Di tahun 1920, Levi’s Waist Overalls menjadi
produk celana kerja yang paling laku di bagian Selatan Amerika, dan walau sekarang bahannya sudah digantikan dengan denim namun banyak orang masih menyebutnya sebagai celana jeans.
Di tahun 1920, Levis Waist Overalls menjadi
produk celana kerja yang paling laku di bagian Selatan Amerika. Kendati saat ini bahannya sudah digantikan dengan denim, tetapi banyak orang masih menyebutnya sebagai celana jins.
Popularitas jins semakin melebar
setelah
adanya film cowboy pada tahun 1930-an. Film ini sangat mendongkrak kepopuleran jins dikarenakan para pemain pada film cowboy menggunakan bahan jeans untuk kostumnya.
Kemudian pada tahun 1853 berdirilah pabrik celana Levi’s ini. Pabrik ini diberi nama sesuai nama penemunya “ Levi Strauss & Co “
adanya film cowboy pada tahun 1930-an. Film ini sangat mendongkrak kepopuleran jins dikarenakan para pemain pada film cowboy menggunakan bahan jeans untuk kostumnya.
Kemudian pada tahun 1853 berdirilah pabrik celana Levi’s ini. Pabrik ini diberi nama sesuai nama penemunya “ Levi Strauss & Co “
Dari situlah mulai marak merk-merk
muncul
membuat celana seperti jins. Hingga akhirnya menjadi trend dan konsumsi sehari-hari publik sampai sekarang.
Nah, begitu sejarahnya pemirsa…membuat celana seperti jins. Hingga akhirnya menjadi trend dan konsumsi sehari-hari publik sampai sekarang.
TOLONG TINGGALKAN KOMENTAR. KOMENTAR ANDA PENTING UNTUK KEMAJUAN PENGETAHUAN SAYA.
Nur Latifah "-.ELF.-"
kereenn celana jeans nya::)
BalasHapus