Sabtu, 21 November 2015

Indonesia Kiblat Fashin Muslim Dunia



Indonesia Kiblat Fashion Muslimah Dunia?
VIVAlife - Gaung perkembangan fashion muslim belakangan ini memang kian terdengar. Fashion muslim terus melakukan transformasi dari gaya konservatif menjadi lebih kontemporer yang berjiwa muda.
Beragam faktor yang membuat fashion muslim terus berkembang. Dari munculnya banyak komunitas seperti Hijabers Community, Hijabers Mom, sampai diselenggarakannya beragam bazar, dan peragaan busana muslim.

Dampaknya kian terlihat. Jika dulu wanita berhijab lebih banyak wanita dewasa, saat ini hijab semakin dikenal dan digemari oleh wanita-wanita muda, bahkan remaja-remaja putri. Tentu karena promosinya yang mengatakan kalau berhijab pun bisa tetap terlihat modis. Apalagi, mereka dapat berkreasi membentuk variasi hijab yang mereka inginkan.

Menurut Dirjen Industri Kecil Menengah (IKM) Kementerian Perindustrian, Euis Saidah, terdapat 20 juta penduduk Indonesia yang menggunakan hijab. Hal ini selaras dengan perkembangan industri fashion muslim tujuh persen setiap tahun.

Tak heran kalau Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) bermimpi dapat mengembangkan fashion muslim Indonesia tak hanya di dalam negeri, bahkan sampai ke tingkat dunia.

"APPMI memulai kampanye industri busana muslim dengan route map 2015 busana muslim Indonesia sudah mampu menembus pasar ASEAN, 2020 mampu menembus pasar Asia, dan 2025 sudah menempuh pasar dunia," ujar ketua APPMI, Taruna K. Kusmayadi saat ditemui pada acara sosialisasi gelaran Indonsia Islamic Fashion Fair (IIFF) 2012.

Menurut Euis, hal ini bukanlah tidak mungkin mengingat data-data yang ada menunjukkan tanda-tanda yang positif. "Ingat pertumbuhan masyarakat kelas menengah itu 7-8 persen per tahun," ujarnya.

Jika diumpamakan masyarakat yang mampu membeli pakaian di mal-mal besar adalah kelas menengah ke atas, maka pertumbuhan kaum menengah ke atas akan selaras dengan kemampuan daya beli mereka atas pakaian tersebut. Jika industri fashion muslim sudah dapat menyentuh target pasar mereka maka pertumbuhan tersebut pun akan selaras dengan perkembangan industri fashion muslim.

"Dari 750 ribu IKM yang di Indonesia, 30 persennya merupakan industri fashion muslim. Jika hal ini berjalan seiringan bukan tidak mungkin IKM fashion muslim pun akan terangkat ekonominya, terangkat pula perekonomian Indonesia." ujarnya.

Secara umum, industri fashion saat ini mampu menyumbang 50 persen dari pendapatan negara di bidang industri kreatif dan terdapat 2-3 persen pertumbuhan ekspor setiap tahun.

Lima Tantangan
Mimpi menjadi fashion muslim sebagai ikon fashion Indonesia di mata dunia bukanlah tanpa tantangan. Hal ini pun diakui Euis yang menjabarkan bahwa Indonesai memiliki setidaknya lima tantangan dalam mengembangakan industri fashion-nya, yakni bahan baku, teknologi, kemampuan SDM, pemasaran, dan modal.

"Kita masih sangat tergantung dari impor seperti katun dan sutra. Setelah ada virus yang menyerang kepompong sutra, saat ini bahkan kita harus mengimpor benang atau kain sutra tersebut," katanya.

Tak hanya itu, IKM saat ini pun masih mengerjakan produknya dengan teknologi yang sangat sederhana. Hal ini karena masalah modal dan kemampuan SDM-nya yang tidak serius menggeluti bisnis fashion.

"Masih banyak yang membuat barang hanya karena hobi atau ikut-ikutan tanpa memiliki basis pengetahuan yang cukup. Mereka juga kerap kebingungan akan dijual kemana hasilnya."

Untuk mengatasi hal tersebut, menurutnya pemerintah sudah melakukan perannya dalam mensubsidi baik pengadaan bahan baku, maupun mesin. Sedangkan untuk meningkat kemampuan dan pengetahuan IKM, dilakukan pelatihan-pelatihan agar kualitas produk mampu memenuhi pasar dunia.

Dalam mengatasi masalah pemasaran, kementrian perindustrian memberikan Rp1 sampai Rp2 milyar untuk penyewaan booth dalam bazar-bazar, serta dibantu pemasarannya hingga ke luar negeri. "Permasalahan modal saat ini bisa diatasi dengan pemberian KUR (Kredit Usaha Rakyat) dan juga ada modal ventura," ujarnya.











Desainer busana muslim ternama Indonesia, Irna Mutiara, mengatakan industri busana muslim di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat selama lima tahun terakhir. Jika digarap secara baik dan serius, menurut dia, Indonesia punya potensi yang sangat besar untuk menjadi kiblat fahion busana muslim dunia.
"Sudah sejak 2010, Indonesia diwacanakan akan menjadi kiblat fashion muslim dunia pada 2020, wacana ini disepakati oleh tujuh kementrian saat itu," ucap Irna, tanpa merinci tujuh kementrian yang dimaksud.
Dikatakan, untuk merealisasikan wacana tersebut, tanggungjawab tak bisa hanya dipikul oleh desainer semata. Namun, juga lembaga pendidikan harus dilibatkan.
Namun, kendala yang ada, disampaikan dia, lembaga pendidikan setingkat sekolah menengah, belum ada yang punya kurikulum fashion. Sekolah kejuruan, mayoritas hanya berkutat kepada soal teknis, semisal menjahit, bordir, dan lain sebagaiinya.













"Akhirnya, Djarum Foundation berniat membuat pilot project sekolah fashion khusus muslim, dan dipilihlah sekolah ini. Nantinya, sekolah ini akan mengaplikasikan kurikulum yang kami rancang bersama tim yang ada," ucap Irna.
Menurut dia lebih lanjut, untuk menjadi kiblat fashion maka yang perlu diperhatikan adalah seberapa banyak desainer yang ada. Pun demikian dengan fashion busana muslim.
"Jika dibandingkan dengan kota yang menjadi rujukan fashion, jumlah desainer kita masih kalah jauh. Di samping itu, desainer busana muslom harus punya pengetahuan khusus, karena dalam busana muslim ada pakem-pakem yang tak boleh dilanggar, berbeda dengan merancang busana pada umumnya," sambung desainer kondang asal Bandung itu.


TOLONG TINGGALKAN KOMENTAR. KOMENTAR ANDA PENTING UNTUK KEMAJUAN PENGETAHUAN SAYA.



Nur Latifah "-.ELF.-"


Tidak ada komentar:

Posting Komentar