Indonesia Kiblat Fashion Muslimah Dunia?
VIVAlife - Gaung perkembangan
fashion muslim belakangan ini memang kian terdengar. Fashion muslim terus
melakukan transformasi dari gaya konservatif menjadi lebih kontemporer yang
berjiwa muda.
Beragam faktor yang membuat fashion
muslim terus berkembang. Dari munculnya banyak komunitas seperti Hijabers
Community, Hijabers Mom, sampai diselenggarakannya beragam bazar, dan peragaan
busana muslim.
Dampaknya kian terlihat. Jika dulu wanita berhijab lebih banyak wanita dewasa, saat ini hijab semakin dikenal dan digemari oleh wanita-wanita muda, bahkan remaja-remaja putri. Tentu karena promosinya yang mengatakan kalau berhijab pun bisa tetap terlihat modis. Apalagi, mereka dapat berkreasi membentuk variasi hijab yang mereka inginkan.
Menurut Dirjen Industri Kecil
Menengah (IKM) Kementerian Perindustrian, Euis Saidah, terdapat 20 juta
penduduk Indonesia yang menggunakan hijab. Hal ini selaras dengan perkembangan
industri fashion muslim tujuh persen setiap tahun.
Tak heran kalau Asosiasi Perancang
Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) bermimpi dapat mengembangkan fashion muslim
Indonesia tak hanya di dalam negeri, bahkan sampai ke tingkat dunia.
"APPMI memulai kampanye
industri busana muslim dengan route map 2015 busana muslim Indonesia sudah
mampu menembus pasar ASEAN, 2020 mampu menembus pasar Asia, dan 2025 sudah
menempuh pasar dunia," ujar ketua APPMI, Taruna K. Kusmayadi saat ditemui
pada acara sosialisasi gelaran Indonsia Islamic Fashion Fair (IIFF) 2012.
Menurut Euis, hal ini bukanlah tidak
mungkin mengingat data-data yang ada menunjukkan tanda-tanda yang positif.
"Ingat pertumbuhan masyarakat kelas menengah itu 7-8 persen per
tahun," ujarnya.
Jika diumpamakan masyarakat yang
mampu membeli pakaian di mal-mal besar adalah kelas menengah ke atas, maka
pertumbuhan kaum menengah ke atas akan selaras dengan kemampuan daya beli
mereka atas pakaian tersebut. Jika industri fashion muslim sudah dapat
menyentuh target pasar mereka maka pertumbuhan tersebut pun akan selaras dengan
perkembangan industri fashion muslim.
"Dari 750 ribu IKM yang di
Indonesia, 30 persennya merupakan industri fashion muslim. Jika hal ini
berjalan seiringan bukan tidak mungkin IKM fashion muslim pun akan terangkat
ekonominya, terangkat pula perekonomian Indonesia." ujarnya.
Secara umum, industri fashion saat
ini mampu menyumbang 50 persen dari pendapatan negara di bidang industri
kreatif dan terdapat 2-3 persen pertumbuhan ekspor setiap tahun.
Lima Tantangan
Mimpi menjadi fashion muslim sebagai
ikon fashion Indonesia di mata dunia bukanlah tanpa tantangan. Hal ini pun
diakui Euis yang menjabarkan bahwa Indonesai memiliki setidaknya lima tantangan
dalam mengembangakan industri fashion-nya, yakni bahan baku, teknologi,
kemampuan SDM, pemasaran, dan modal.
"Kita masih sangat tergantung
dari impor seperti katun dan sutra. Setelah ada virus yang menyerang kepompong
sutra, saat ini bahkan kita harus mengimpor benang atau kain sutra
tersebut," katanya.
Tak hanya itu, IKM saat ini pun
masih mengerjakan produknya dengan teknologi yang sangat sederhana. Hal ini
karena masalah modal dan kemampuan SDM-nya yang tidak serius menggeluti bisnis
fashion.
"Masih banyak yang membuat
barang hanya karena hobi atau ikut-ikutan tanpa memiliki basis pengetahuan yang
cukup. Mereka juga kerap kebingungan akan dijual kemana hasilnya."
Untuk mengatasi hal tersebut,
menurutnya pemerintah sudah melakukan perannya dalam mensubsidi baik pengadaan
bahan baku, maupun mesin. Sedangkan untuk meningkat kemampuan dan pengetahuan
IKM, dilakukan pelatihan-pelatihan agar kualitas produk mampu memenuhi pasar
dunia.
Dalam mengatasi masalah pemasaran,
kementrian perindustrian memberikan Rp1 sampai Rp2 milyar untuk penyewaan booth
dalam bazar-bazar, serta dibantu pemasarannya hingga ke luar negeri.
"Permasalahan modal saat ini bisa diatasi dengan pemberian KUR (Kredit
Usaha Rakyat) dan juga ada modal ventura," ujarnya.
Desainer busana muslim ternama
Indonesia, Irna Mutiara, mengatakan industri busana muslim di Indonesia
mengalami perkembangan yang cukup pesat selama lima tahun terakhir. Jika
digarap secara baik dan serius, menurut dia, Indonesia punya potensi yang
sangat besar untuk menjadi kiblat fahion busana muslim dunia.
"Sudah sejak 2010, Indonesia
diwacanakan akan menjadi kiblat fashion muslim dunia pada 2020, wacana ini
disepakati oleh tujuh kementrian saat itu," ucap Irna, tanpa merinci tujuh
kementrian yang dimaksud.
Dikatakan, untuk merealisasikan
wacana tersebut, tanggungjawab tak bisa hanya dipikul oleh desainer semata.
Namun, juga lembaga pendidikan harus dilibatkan.
Namun, kendala yang ada, disampaikan
dia, lembaga pendidikan setingkat sekolah menengah, belum ada yang punya
kurikulum fashion. Sekolah kejuruan, mayoritas hanya berkutat kepada soal teknis,
semisal menjahit, bordir, dan lain sebagaiinya.
"Akhirnya, Djarum Foundation
berniat membuat pilot project sekolah fashion khusus muslim, dan dipilihlah
sekolah ini. Nantinya, sekolah ini akan mengaplikasikan kurikulum yang kami
rancang bersama tim yang ada," ucap Irna.
Menurut dia lebih lanjut, untuk
menjadi kiblat fashion maka yang perlu diperhatikan adalah seberapa banyak
desainer yang ada. Pun demikian dengan fashion busana muslim.
"Jika dibandingkan dengan kota
yang menjadi rujukan fashion, jumlah desainer kita masih kalah jauh. Di samping
itu, desainer busana muslom harus punya pengetahuan khusus, karena dalam busana
muslim ada pakem-pakem yang tak boleh dilanggar, berbeda dengan merancang busana
pada umumnya," sambung desainer kondang asal Bandung itu.
TOLONG TINGGALKAN KOMENTAR. KOMENTAR ANDA PENTING UNTUK KEMAJUAN PENGETAHUAN SAYA.
Nur Latifah "-.ELF.-"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar